Remaja dan Pubertas


Pubertas Pada Remaja
Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Remaja menurut BKKBN adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut WHO adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 15- 24 tahun ( BKKBN, 2003).
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004). 
Batasan remaja menurut WHO:
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut:
a. Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11 – 13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14 -16 tahun.
c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17 – 20 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).
Tahapan Remaja
Laki-laki
perempuan
Umur (tahun)
Umur (tahun)
Pra remaja
Remaja Awal
Remaja Menangah
Remaja Akhir
<11 
9-13
13-16
> 16
< 11
11-14
14-17
> 17





Tabel 2.1 Tahapan perkembangan remaja
Sumber : Dikutip dari PPFA, Adolescence Sexuality, 2001.
Ciri-ciri perkembangan remaja.
Dalam lingkungan sosial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya kebebasan. Sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya segala bentuk pembatasan.
Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode:
1)  Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), Ciri khasnya :
a)      Lebih dekat dengan teman sebaya.
b)      Ingin Bebas
c)      Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
2)  Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya :
a)      Mencari identitas diri.
b)      Timbulnya keinginan untuk kencan.
c)      Punya rasa cinta yang mendalam
d)     Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
e)      Berkhayal tentang aktivitas seks.
3)  Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :
a)      Pengungkapan kebebasan diri.
b)      Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
c)      Punya citra jasmani diri.
d)     Dapat mewujudkan rasa cinta.
e)      Mampu berfikir abstrak.
(BKKBN, 2003)
Pubertas
a. Pengertian

Beberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:
Menurut Prawirohardjo (1999: 127) pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang.
Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.
Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat–alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.
1.        Perubahan Fisik
Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting dimana tubuh anak dewasa: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Hurlock, 2004: 188).
Perubahan primer
Perubahan sekunder
Perubahan primer pada masa puber
Perubahan primer pada masa pubertas adalah tanda-tanda/perubahan yang menentukan sudah mulai berfungsi optimalnya organ reproduksi pada manusia.
Pada pria – Gonad atau testis yang terletak di skrotum, di luar tubuh, pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun, testis sudah berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Kalau fungsi organ-organ pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi mimpi basah.
Pada wanita - Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi.(Hurlock, 2004: 210).
b. Perubahan sekunder pada masa pubertas
Perubahan sekunder pada masa pubertas adalah perubahan-perubahan yang menyertai perubahan primer yang terlihat dari luar.
1)  Pada perempuan: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; pertumbuhan payudara; tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina; panggul mulai melebar; tangan dan kaki bertambah besar; tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar; vagina mengeluarkan cairan; keringat bertambah banyak; kulit dan rambut mulai berminyak; pantat bertambah lebih besar.
2)  Pada pria: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; tangan dan kaki bertambah besar; pundak dan dada bertambah besar dan membidang; otot menguat; tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi; tumbuh jakun; tumbuh rambut-rambut di ketiak, sekitar muka dan sekitar kemaluan; penis dan buah zakar membesar; suara menjadi besar; keringat bertambah banyak; kulit dan rambut mulai berminyak.(Sarlito, 2009: 1).
c. Perubahan Emosional/Psikologis
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai dan Tekanan”, sesuatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu (Hurlock, 2004: 212-213).
Masa remaja merupakan “badai dan tekanan”, masa stress full karena ada perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan, sehingga diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namum benar benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. (Nurfajriyah, 2009: 1).
Problematika Remaja dan Pubertas
Masalah Pubertas dan Cara Mengatasinya
Remaja adalah periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada masa ini seringkali timbul kesulitan serta perselisihan, satu diantaranya yang paling sering terjadi adalah perselisihan antara Anak dengan Orangtua. Hal ini terjadi karena secara fisiologis si anak sedang mengalami sesuatu yang baru dan meresahkan dirinya. Adapun faktor yang menyebabkan keresahan tersebut antara lain adalah aktifitas hormonal pada usia puber juga faktor emosional, psikologis dan sosial.
Periode Yang Terjadi pada Masa Pubertas
1)      Periode Depresi :
Periode ini biasanya akan berlangsung sekitar seminggu atau lebih, namun apabila depresi sudah terasa tidak wajar lagi (terjadi sampai berlarut-larut) mungkin ini disebabkan karena kecemasan atau kesulitan emosional. Biasanya anak yang mempunyai sifat tertutup (introvert) cenderung mengalami depresi yang lebih lama bila dibandingkan dengan anak yang mempunyai sifat terbuka (extrovert), karena anak introvert tidak bisa mengungkapkan apa sebenarnya yang menjadi akar dari kecemasan serta kesulitan emosionalnya itu kepada orang lain.
2)  Periode Kecemasan :
Pada periode ini Remaja seringkali bersikap tidak biasa, seperti : cepat tersinggung, sangat agresif, suka menggerutu dan kasar atau kadang yang terjadi justru kebalikannya : bersikap kekanakan serta sangat tergantung kepada Orangtuanya.
3)  Periode Kerewelan :
Umumnya periode ini ditemukan pada Remaja Putri, misalnya dalam hal memilih pakaian, ataupun memilih makanan. Pada periode ini kaum Remaja Putri ada yang melakukan “diet ketat” untuk menjaga keindahan tubuh dan penampilannya, tapi ada juga yang justru melakukan sebaliknya yaitu lebih rakus dan tidak perduli pada penampilan.
4)  Periode Pembangkangan :
Seringkali Remaja seakan menjadi tidak patuh kepada apa yang menjadi aturan Orangtuanya. Sepanjang tidak melanggar norma Agama, Kesusilaan dan juga tidak membahayakan bagi keselamatan serta kesehatan dirinya, Orangtua sebaiknya bisa bertindak lebih bijak untuk memberi kesempatan kepada Remaja agar ia dapat mengambil keputusan sendiri serta bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan. Hal ini selain dapat menambah rasa percaya diri Remaja tersebut sekaligus juga bisa menghindari timbulnya pertengkaran (konflik) yang berkepanjangan antara Orangtua dengan Anak.
5)  Periode Ingin Tampil Beda :
Kebanyakan para Remaja mengalami periode ini, antara lain bisa terlihat dari caranya berpakaian, bergaya, berbahasa dan masih banyak lagi.
Sepanjang yang dilakukannya tidak bertentangan dengan norma Agama, Kesusilaan serta tidak membahayakan bagi diri Remaja tersebut, sebaiknya Orangtua tidak perlu merasa cemas. Mereka melakukan hal ini hanya karena sedang dalam tahap mencari identitas diri, dan ingin diterima dengan baik sebagai anggota kelompoknya.Seiring dengan bertambahnya usia, perlahan-lahan semua itu akan hilang dengan sendirinya.
Cara Menanggulangi Masalah Remaja Pubertas
1.   Orangtua sebaiknya jangan membahas suatu masalah dengan cara sikap seolah sedang menginterogasi atau mendoktrin, karena hal ini akan membuat Remaja tersebut semakin takut untuk mengemukakan apa yang sedang dirasakannya dan itu akan mengakibatkan semakin jauhnya jarak antara Orangtua dengan Anak.
2.   Sebaiknya ajaklah Remaja tersebut untuk berbicara dari hati ke hati dan dalam suasana yang santai, bahkan tak ada salahnya apabila dalam pembicaraan tersebut sesekali diselingi juga dengan gurauan ringan.
3.   Ciptakanlah suasana demokratis dalam rumah tangga, dimana semua anggota keluarga bisa mengemukakan pendapatnya, tanpa harus merasa malu apalagi takut dengan anggota keluarga lainnya, terutama kepada Orangtua.
4.   Biasakanlah dalam keluarga untuk saling menghargai serta menghormati pendapat orang lain, tanpa memandang apa jenis kelamin serta usianya.

Pubertas
Beberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:
  1. Menurut Prawirohardjo (1999: 127) pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
  2. Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang.
  3. Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.
  4. Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat–alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.
Perubahan Fisik
Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting dimana tubuh anak dewasa: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Hurlock, 2004: 188).
  1. Perubahan primer
  2. Perubahan sekunder
Perubahan primer pada masa puber
Perubahan primer pada masa pubertas adalah tanda-tanda/perubahan yang menentukan sudah mulai berfungsi optimalnya organ reproduksi pada manusia.
  1. Pada pria – Gonad atau testis yang terletak di skrotum, di luar tubuh, pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun, testis sudah berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Kalau fungsi organ-organ pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi mimpi basah.
  2. Pada wanita - Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi.
(Hurlock, 2004: 210).
Perubahan sekunder pada masa pubertas
Perubahan sekunder pada masa pubertas adalah perubahan-perubahan yang menyertai perubahan primer yang terlihat dari luar.
  1. Pada perempuan: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; pertumbuhan payudara; tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina; panggul mulai melebar; tangan dan kaki bertambah besar; tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar; vagina mengeluarkan cairan; keringat bertambah banyak; kulit dan rambut mulai berminyak; pantat bertambah lebih besar.
  2. Pada pria: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; tangan dan kaki bertambah besar; pundak dan dada bertambah besar dan membidang; otot menguat; tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi; tumbuh jakun; tumbuh rambut-rambut di ketiak, sekitar muka dan sekitar kemaluan; penis dan buah zakar membesar; suara menjadi besar; keringat bertambah banyak; kulit dan rambut mulai berminyak.
(Sarlito, 2009: 1).
Perubahan Emosional/Psikologis
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai dan Tekanan”, sesuatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu (Hurlock, 2004: 212-213).
Masa remaja merupakan “badai dan tekanan”, masa stress full karena ada perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan, sehingga diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namum benar benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. (Nurfajriyah, 2009: 1).
Penyebab Perubahan Pubertas
  1. Peran Kelenjar Pituitary – Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad terhadap hormon gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah, dalam keadaan demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.
  2. Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu ciri-ciri seks primer : bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri seks sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
  3. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad – Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati menopause dan pria mendekaticlimacteric.
(Hurlock, 2004 : 196).
Bahaya Pada Masa Puber
  1. Bahaya Fisik
  2. Bahaya Psikologis
Bahaya Fisik
Meskipun sebagian besar anak puber secara fisik tidak merasa normal, namun penyakit yang aktual tidak banyak dialami anak dalam periode ini dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Bahaya fisik utama masa puber disebabkan kesalahan fungsi kelenjar endokrin yang mengendalikan pertumbuhan pesat dan perubahan seksual yang terjadi pada periode ini.
Bahaya Psikologis

Terhadap banyak bahaya psikologis pada masa puber yang akibat panjangnya lebih penting dari pada akibat berlangsungnya.
Beberapa bahaya psikologis yang adalah sebagai berikut :
  1. Konsep diri yang kurang baik – Ada banyak hal yang menyebabkan perkembangan konsep diri kurang baik selama masa puber, beberapa diantaranya alasan pribadi dan alasan lingkungan. Anak yang mengembangkan konsep diri kurang baik pada masa remaja cenderung menguatkan konsep tersebut dengan perilaku yang tidak sosial, dan bukan memperbaikinya. Akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah diri semakin tertanam dan kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka cenderung akan menetap dan mewarnai mutu perilaku individu sepanjang hidupnya.
  2. Prestasi Rendah – Cepatnya pertumbuhan Fisik maka tenaga menjadi melemah, ini mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada tiap kegiatan yang melibatkan usaha individu.
  3. Kurangnya persiapan untuk menghadapi masa puber – Anak puber tidak diberitahu atau secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa puber, pengalaman akan perubahan itu dapat merupakan pengalaman traumatis.
  4. Menerima tubuh yang berubah – Diantara tugas perkembangan masa puber yang penting adalah menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Hanya sedikit anak puber yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga mereka tidak puas dengan penampilannya.
  5. Menerima peran seks yang diharapkan – Sama halnya menerima tubuh yang berubah, menerima peran seks anak puber yang diharapkan mendekati peran seks orang dewasa merupakan tugas perkembangan utama pada tingkat usia ini. Terjadinya kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk pematangan.
  6. Penyimpangan dalam pematangan sosial – Salah satu bahaya psikologis selama masa puber yang paling serius adalah penyimpangan dalam usia terjadinya kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk pematangan.
  7. Anak yang matang lebih awal – Anak yang matang terlalu dini dapat menunjukkan kesulitan pribadi. Kesulitan ini timbul karena anak matang lebih awal yang kelihatannya lebih tua dari usianya, biasanya diharapkan bertindak sesuai dengan penampilannya dan bukan dengan usianya
(Hurlock, 2004 : 196-199).
o    Uncategorized (4)

Referensi
Devi, N. 2009. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Pada Siswi Kelas VII Di SMP N 2 Sidoharjo Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: AKBIDMUS
Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Yogyakarta : Erlangga.
Monks. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : UGM.
Narendra. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. FKUI : Jakarta.
Nurfajriyah. 2009. Psikologi Remaja. ririrenata.multiply.com/ journal/item/2/psikologi_remaja, 27 April 2009 jam 13.25 WIB.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Sarlito. 2009. Perubahan Fisik Remaja. e-psikologi.com Tanggal 20 Maret 2009 Jam 16.35 WIB.
http://www.lusa.web.id/pubertas/

Permasalahan bayi baru ahir


PERMASALAHAN PADA BAYI,BALITA DAN ANAK
A.Permasalahan Pada Bayi
 1.Kematian Bayi
Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia,terdapat kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa per tahun.Indonesia,diantara Negara ASEAN,merupakan Negara dengan angka kematian perinatal tertinggi,yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa kematian bayi terjadi setiap 25-26 menit sekali.Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI )tahun 2007 angka kematian bayi mencapai 34/1000 kelahiran hidup.Target Meliienium Developmen Goals (MDG’s ) tahun 2015 kematian bayi menurun menjadi 23/100.000 Kelahiran Hidup.
    2.Penyebab Kematian Bayi (menurut RISKESDAS 2007) adalah :
       a.Penyebab Kematian Neonatal 0-6 hari adalah:
§  Gangguan Pernapasan (37%)
§  Prematuritas (34%)
§  Sepsis (12%)
§  Hipotermi
§  Kelainan Darah/ikterus (6%)
§  Postmatur (3%)
§  Kelainan Kongenital (1%)
      b.Peyebab Kematian Neonatal 7-28 hari adalah:
§  Sepsis (20%)
§  Kelainan Kongenital (19%)
§  Pneomonia (17%)
§  Respiratori Distres Syndrome/RDS (14%)
§  Prematuritas (14%)
§  Ikterus (3%)
§  Cedera lahir (3%)
§  Defisiensi Nutrisi (3%)
§  Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%)
      c. Penyebab Kematian Bayi (29-1 tahun) adalah:
§  Diare (42%)
§  Pneomonia (24%)
§  Meningitis/ensepalitis(9%)
§  Kelainan saluran cerna (7%)
§  Kelainan jantung congenital dan Hidrosefalus(6%)
§  Sepsis (4%)
§  Tetanus (3%)
§  Lain-lain (5%)

   3.Upaya-Upaya Untuk Menurunkan AKB
        Depertemen Kesehatan Republik Indonesia memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih dominan di Indonesia yaitu sekitar 80 %.Demikian juga diseluruh dunia,pertolongan persalinan dukun masih tinggi sekitar 70-80 %
        Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan pertolongan dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu post partum.Disamping itu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dibebankan kepada bidan melalui Keluarga Berencana.
        Peranan penting untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan perinatal melalui pendekatan kepada dukun beranak dengan memberikan bimbingan pada kasus yang memerlukan rujukan medis.Kerjasama dengan masyarakat melalui posyandu,bersama Program Kesehatan Keluarga ( PKK ) penting artinya dalam menepis kehamilan resiko tinggi,sehingga mampu menekan angka kesakitan dan kematian perinatal.
          Salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu adalah menyebarkan “ Bidan di Desa dengan Polindesnya “sesuai dengan gagasan Bapak Presiden Soeharto pada pembukaan “ World Congress On Human Reproduction,Nusa Dua,Bali 1994 “.
          Dimasa yang akan dating “ Bidan di Desa “ diharapkan dapat memberikan pelayanan kebidanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dan sebagai pengganti “ Dukun Beranak “.
B.Permasalahan Pada Balita
                  Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat.Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir,berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak.Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usian dini maenjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kaearah yang lebih berat.
                  Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak dilapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kasehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat,ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak. 
                  Angka Kematian Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup
                  Penyebab Kematian Balita adalah:
Ø  Diare (25,2%)
Ø  Peononia (15,5%)
Ø  Necrotizing Enterocolitis E.coli/NEC (10,7%)
Ø  Menigitis/Ensefalitis (8,8%)
Ø  DBD (6,8%)
Ø  Campak (5,8%)
Ø  Tenggelam (4,9%)
Ø  Lain-lain (9,7%)
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Depertemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasi

C.Permasalahan Pada Anak
                  Masalah kesehatan anak disetiap Negara berbeda karena lingkungan yang mempengaruhi nya.Namun secara garis besar masalah tersebut diseluruh dunia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,yaitu masalah kesehatan anak yang terdapat di Negara maju dan masalah yang sering terjadi dinegara sedang berkembang.
                  Pola penyakit dinegara maju sangat berbeda dengan dinegara sedang berkembang.Pola penyakit yang umumnya sekarang terdapat dinegara sedang berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu.Saat ini pola penyakit anak dinegara maju umumnya adalah keganasan,kecelakaan,kelainan genetic,gangguan pertumbuhan intra uterin,gangguan psikososial.Berbeda sekali dengan pola penyakit yang terdapat di Negara sedang berkembang yang umumnya adalah Infeksi,Infestasi parasit dan kurang gizi.
                  Masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah
1.       Malnutrisi energy protein ( MEP )
2.       Defisiensi vitamin A
3.       Defisiensi zat besi
4.       Penyakit gondok endemic akibat defisiensi yodium
                  Adapun penyakit infeksi yang sering dijumpai adalah
1.       Diare
2.       Infeksi saluran napas atas dan bawah
3.       Tetanus
4.       Infeksi kulit
                  Penyebab Utama adalah
     1.   Lingkungan yang kurang menunjang
     2.   Mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah
     3.   Keadaan social/budaya/ekonomi masyarakat yang kurang memadai
 Dampak yang timbul kepada anak akibat dari penyebab utama adalah:
1.       Psikologis pada Anak
Cont: anak dengan orang tua tunggal
2.       Kekerasan pada anak
¨       Kekerasan Fisik
¨       Kekerasan seksualitas
3.       Kasus Traficing
4.       Mempekerjakan anak dibawah umur

  Kejadian suatu penyakit di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
     1. Faktor genetic
     2. Faktor Lingkungan
     3. Faktor perilaku individu


  Upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian adalah :
1.       Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan
2.       Meningkatkan status gizi masyarakat
3.       Meningkatkan peran serta masyarakat
4.       Menigkatkan manajemen kesehatan