BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Periode
pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih
sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh
konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya
peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya
keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang
adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan
(Saifuddin, 2008).
Walaupun
menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa
yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau
penyulit
Masa nifas
merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan
berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika
hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses
pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa
nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini, dan masa nifas lanjut, yang
masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah
persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas
dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari
lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah
melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas maka
tertariklah untuk mengambil judul ”Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
” bagaimanakah mendeteksi dini komplikasi masa nifas ? ”.
C.
Tujuan
Agar mahasiswa
dapat mengetahui tentang deteksi dini pada masa nifas 6 jam, 6 hari dan 6 minggu post partum..
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
institusi
Dapat dijadikan
bahan bacaan dan referensi bagi kampus akper pemda Kapuas dan akbid kampus
Kapuas.
2.
Bagi
Peneliti
Dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam melakukan asuhan kebidanan pada
masa nifas dan penanganan komplikasi nifas dengan deteksi dini masa nifas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Masa Nifas Normal
1.
Pengertian
Masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat -alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu
6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri, 1998)
Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Bari, 2000)
Masa nifas adalah
masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Pusdiknakes, 2003)
Masa nifas dimulai
setelah partus selesai dan berakhir setelah kira- kira 6 minggu. Akan tetapi
seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan, 2005)
Kala puerperium
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai 2 kejadian pada
puerperium yaitu involusio dan proses laktasi. (Manuaba, 1998)
2.
Pembagian periode masa nifas
Menurut Mochtar
menyatakan bahwa masa nifas di bagi dalam 3 periode :
a.
Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b.
Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.
Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan
mempunyai komplikasi.
3.
Perubahan -perubahan pada masa nifas
Dalam masa nifas alat- alat genitalia
interna dan eksterna akan berangsur-angsur kembali seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genitalia itu disebut involusio. (1999).
a.
Uterus
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya
akan menjadi keras karena kontraksinya sehingga penutupan pembuluh darah,
uterus yang diikuti his itu juga diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan
endometrium dan sisa tempat implantasi plasenta disebut lochea.
Table 2.1
Tinggi fundus uteri dan berat uterus di
masa involusio
Involusio
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uteri
|
Bayi
lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Uri
lahir
|
2 jari dibawah pusat
|
750 gram
|
1
minggu
|
½ pusat – simphisis
|
500 gram
|
2
minggu
|
Tidak teraba diatas simphisis
|
350 gram
|
6
minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
8
minggu
|
Normal
|
40 gram
|
b.
Servik
Setelah persalinan, bentuk servik
agak menganga seperti corong berwarna merah-kehitaman dengan konsistensi lunak.
Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui 2- 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c.
Pengeluaran Lochea
Menurut Manuaba, pengeluaran lochea dibagi berdasarkan
jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1)
Lochea Rubra (Cruenta) : terjadi pada hari ke – 1
sampai hari ke – 3, warnanya merah kehitaman, terdiri dari sel desidua, vernik
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
2)
Lochea Sanguiolenta : 3-7 hari, warna putih campur
darah.
3)
Lochea Serosa : 7-14 hari, warna kekuningan.
4)
Lochea Alba : setelah hari 14 berwarna putih.
d.
Bekas Luka Implantasi
Menurut Manuaba dapat digambarkan sebagai berikut :
1)
Terjadi pembentukan trombosis dan penutupan pembuluh
darah karena kontraksi uterus, cepat mengecil pada minggu ke dua sebesar 6-8 cm
dan akhir nifas sebesar 2 cm.
2)
Lapisan endometrium dilepas dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama lochea.
3)
Luka bekas implantasi akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
e.
Suhu Badan
Pada wanita postpartum suhu badan naik 0,50C dari
keadaan normal tetapi tidak melebihi 380C. Sesudah 12 jam post partum pada
umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 380C mungkin ada infeksi.
f.
Nadi
Umumnya berkisar 60- 80 denyut permenit. Segera setelah
partus dapat terjadi bradikardi.
g.
Laktasi
Sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan- perubahan
pada kelenjar mammae, yaitu :
a.
Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan
jaringan lunak bertambah.
b.
Keluar cairan jolong dari duktus laktiferus disebut
kolostrum yang berwarna kuning putih susu.
c.
Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,
dimana vena -vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d.
Setelah partus, pengaruh sekresi estrogen dan
progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu.
e.
Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan miopitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3
hari post partum.
h.
Eliminasi
Buang air kecil segera dilakukan apabila
kandung kemih penuh, buang air besar terjadi pada hari ke empat atau lima post
partum.
B. Tujuan Asuhan Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah untuk :
1.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikis.
2.
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehahatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka
sebelumnya dilaksanakan asuhan sayang ibu pada masa post partum, adapun asuhan
sayang ibu tersebut menurut APN (2001) :
1.
Bayi selalu berada dekat ibunya (rawat gabung) dan
pemberian ASI sesuai kebutuhan (On Demand) merupakan hal yang harus dianjurkan.
2.
Pada ibu dan keluarga harus diberikan penerangan
mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan akan makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup setelah persalinan.
3.
Asuhan pada bayi baru lahir yang sesuai harus
dikerjakan termasuk penyediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan
resusitasi.
4.
Keluarga dianjurkan untuk mengunjungi dan mensyukuri
kelahiran si bayi.
5.
Ibu harus mendapatkan anjuran serta pendidikan yang
bermanfaat bagi kesehatannya termasuk konseling mengenai kontrasepsi.
C. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa
Nifas
Menurut Anggraini (2010), peran dan tanggung jawab bidan
dalam masa nifas adalah :
1.
Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2.
Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi,
social serta memberikan semangat pada ibu
3.
Membantu ibu dalam menyusui bayinya
4.
Membangu kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai
ibu
5.
Mendukung pendidikan kesehatantermasuk pendidikan dalam
perannya sebagai orang tua
6.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga
7.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman
8.
Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi
9.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10. Memberikan
konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan
kebersihan yang aman
11. Melakukan
manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
12. Memberikan
asuhan secara profesional
D. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan
Masa Nifas
Menurut Anggraini (2010), paling
sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir , untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalh yang
terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara lain :
1.
Kunjungan pertama : 6-8 jam setelah persalinan, yang
bertujuan:
a.
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila pendarahan berlanjut.
c.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d.
Pemberian ASI awal, 1 jam setelah inisiasi menyusu dini
(IMD) berhasil dilakukan.
e.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama sudah kelahiran atau sampai bayi
dan ibu dalam keadaan stabil.
2.
Kunjungan kedua : 6 hari setelah persalinan, yang
bertujuan :
a.
Memastikan involusi uteris berjalan normal, uterus
berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
c.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada bagian payudara ibu.
d.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3.
Kunjungan ketiga : 2 minggu setelah persalinan, yang
bertujuan :
a.
Memastikan involusi uterus, berjalan normal uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
c.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan cairan dan
istirahat
d.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
4.
Kunjungan keempat : 6 minggu setelah persalinan, yang
bertujuan :
a.
Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi
alami
b.
Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini
Tabel 2.2
Frekuensi kunjungan masa nifas
kunjungan
|
Waktu
|
Asuhan
|
I
|
6-8
jam post partum
|
·
Mencegah perdarahan post partum karena atonia
uteri.
·
Mendeteksi dan mencari penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
·
Memberikan konseling pada ibu / salah satu
keluarga bagaimana mencegah perdarahan post partum karena atonia uteri.
·
Pemberian ASI awal.
·
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir
·
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi
·
Setelah bidan/petugas kesehatan menolong
persalinan, maka ia harus tinggal dengan ibu dan bayi selama 2 jam setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
|
II
|
6 hari post
partum
|
·
Memastikan involusio uteri berjalan normal,
TFU di bawah pusat, uterus berkontraksi,tinggi fundus uteri di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak berbau.
·
Menilai adanya tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
·
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat.
·
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
·
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari –
hari.
|
III
|
2 minggu post
partum
|
·
Asuhan yang dilakukan sama dengan asuhan 6
hari post partum
·
Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu
dan bayi alami.
|
III
|
6 minggu post
partum
|
·
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
|
E. Asuhan nifas normal
Penanganan yang baik untuk asuhan masa nifas normal
pada ibu
1.
Kebersihan diri
·
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
·
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap
kali selesai buang air kecil atau besar.
·
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya du kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan keringkan di bawah matahari atau setrika.
·
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
·
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2.
Istirahat
·
Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan
·
Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan rumah
tangga bisa perlahan – lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur
·
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusio uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
3.
Latihan
·
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot – otot
perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung
·
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit
setiap hari sangat membantu, seperti : dengan tidur terlentang dan lengan
disamping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan
angkat dagu ke dada.
·
Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan
otot – otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan
ulangi latihan sebanyak 5 kali
4.
Gizi
Ibu menyusui harus :
·
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
·
Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, vitamin yang cukup
·
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pasca salin
·
Minum kapsul vitamin A agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayi melalui ASI nya
5.
Perawatan Payudara
·
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
·
Menggunakan BH yang menyokong payudara
·
Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum
yang keluar atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
·
Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan
selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok
·
Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum
paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam
·
Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI
lakukan : pengompresan payudara menggunakan kain basah dan kain hangat selama 5
menit, urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
·
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan
payudara sehingga putting susu menjadi lunak
·
Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali. Apabila
tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan
·
Letakkan kain dingin pada payudara setelah
selesai
·
Payudara dikeringkan
6.
Hubungan perkawinan / rumah tangga
Secara fisik aman
untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai
hubungan suami isteri kapan saja ibu siap. Pada sudut pandang agama 6 minggu
atau 40 hari setelah persalinan (tergantung kesiapan pasangan).
F. Komplikasi dan Penyulit Masa Nifas
1.
Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang
melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca
persalinan, terdapat beberapa permasalahan
mengenai definisi ini yaitu ;
a.
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada
spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
b.
Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya
sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal
akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat
dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c.
Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka
waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif
kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalion kerana hal ini
menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu
pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase
persalinan.
Penyebab perdarahan :
A. Uterus
atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan)
B. Trauma
genitalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau
gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk section
caesaria, episiotomi)
C. Koagulasi
intravascular disetaminata
D. Inversi
uterus
E. Hemorargi
post partum
Penatalaksanaan :
Hemorargi posr partum primer,
Hemorargi post partum atonik
a.
Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan
darah
b.
M
Hal yang harus dilakukan :
a. Jangan
pernah meninggalkan pasien sendiri sampai perdarahan telah terkendali dan
keadaan umum telah stabil.
b. Pada
kasus PPH atonik jangan pernah memasukan pack vagina
c. Jika
penolong berada di rumah perlu dilakukan rujukan. Hemorargi post partum traumatic
d. Pastikan
asal perdarahan
e. Ambil
darah untuk cross check dan lakukan cek kadar Hb
f. Pasang
infuse IV, NaCL atau RL jika pasien syok
g. Pasien
dalam posisi litotomi dan penerangan yang cukup
h. Perkirakan
kehilangan darah
i.
Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kondisi umum
j.
Jahit robekan
k. Berikan
antibiotic
l.
Membuat catatan yang akurat
2.
Infeksi masa nifas
Beberapa bakteri
dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, infeksi masa nifas masih
merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi
masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary, payudara, dan pasca
pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum
infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat
berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya
disuria.
3.
Sakit kepala, nyeri epigastrik
Gejala-gejala ini merupakan
tanda-tanda terjadinya eklamsia post partum bila disertai dengan tekanan darah
tinggi
4.
Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
Hal ini berhubungan dengan gejala di atas (no 3)
5.
Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas
kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan
oleh episiotomy yang lebar, laserasi, haematom dinding vagina
6.
Payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit
Disebabkan oleh payudara yang tidak
disuse secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu yang
diet jelek, kurang istirahat dan anemia
7.
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Kelelahan yang amat berat setelah
persalinan dapat mengganggu nafsu makan, sehingga ibu tidak ingin makan sampai
kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,
susu, kopi, atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang.
Berikanlah makanan yang sifatnya ringan karena alat pencernaan perlu istirahat
guna memulihkan keadaanya kembali
8.
Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk
thrombus sementara pada vena-vena maupun di pelvis yang mengalami dilatasi
9.
Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
dan dirinya sendiri
Penyebabnya adalah kekecewaan
emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan
melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur
selama persalinan dansetelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk
merawat bayinya setelah meninggalkan Rumah Sakit, ketakutan akan menjadi tidak
menarik lagi
G. Komplikasi, kelainan dan penyakit dalam
masa nifas
1.
Infeksi nifas
Endometritis
Uterus, tubavalopi, ovarium,
pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di sekitarnya dan peritoneum
yang menutupi alat-alat tersebut di atas merupakan kesatuan fungsional. Radang
dapat menyebar dengan cepat dar kavum uteri ke seluruh genitalia interna.
Radang endometrium dinamakan endometritis, radang otot-otot uteru dinamakan
miometritsi atau metritis dan radang peritoneum disekitar uterus dinamakan
perimetriris
H. Tanda bahaya masa nifas
1.
Infeksi nifas
Setelah persalinan
terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukan
urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyeraapan beberapa bahan
tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan
sekitar 0,5 ° C yang bukan merupakan keadaan patologis atau penyimpangan pada
hari perta. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke
dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39° C tanpa menghitung
hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
2.
Penyebab
Bermacam-macam
jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen(kuman masuk /datang
dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen
(dari jalan lahir sendiri). Penyebab terbanyak dari 50 % adalah streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman anaerob yang
sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong dukun dari luar Rumah sakit.
3.
Faktor predisposisi infeksi masa nifas
a. Partus
lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama
b. Tindakan
operatif baik pervaginam maupun perabdominal
c. Tertinggalnya
sisaa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim
d. Keadaan
yang menurunkan daya tahan tubuh seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi,
preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya.
4.
Klasifikasi
infeksi nifas
a. Infeksi terbatas lokasinya pada perineum,
vulva, serviks dan endometrium
b. Infeksi yang mneyebar ke tempat lain melalui
pembuluh vena, pembuluh limfe dan dendometrium.
I.
Kelainan-kelainan
lainnya dalam nifas
2.
Kelainan dalam rahim
a.
Sub involusio
Involusi adalah
keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat raahim dari 1.000 gr
menjadi 40-60 gr pada 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan terjadinya
proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilannya terhambat. Keadaan demikian disebut involusio uteri. Pemyebabnya adalah terjadi infeksi pada
endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau
mioma uteri. Pada palpasi uterus masih teraba besar, fundus masih tinggi,
lochea banyak dan berbau dan terjadi perdarahan.
b.
Perdarahan masa nifas
Adalah perdarahan
lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Yang terbagi
menjadi perdarahan post partum primer
(early postpartum hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam pertama, dan perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
laserasi jalan lahir dan inversion uteri. Sedangkan penyebab perdarahan
postpartum sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta, dan infeksi
nifas
Pencegahan
perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan mengenali resiko perdarahan
postpartum (uterus distensi, partus lama, partus dengan uatan), memberikan
oksitosin setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir,
memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir.
3.
Kelainan dalam nifas
a. Kelainan
alba dolens
Kelainan alba
dolens merupakan suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena
femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya thrombosis atau embolus yang
disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah,
perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah atau karena pengaruh infeksi
atau vena seksi.
Faktor
predisposisi adalah usia lanjut, multiparitas, obstetric operatif, adanya
varices dan infeksi nifas. Gejala klinisnya meliputi suhu badan naik, nyeri
kaki dan betis pada saat berjalan atau ditekan (tanda human) dan bengkak
(tumor) kalau ditekan menjadi cekung.
b. Nekrosis
hipofisis lobus anterior post partum
Sindroma seehan
atau nekrosis lobus depan dari hypofisis karena syok akibat perdarahan
persalinan. Hypofisis ikut berinvolusi setelah persalinan karena syok akibat perdarahan hebat pada hypofifis
terjadilah nekrosis pada pars anterior. Mungkin pula nekrosis ini terjadi
karena pembekuan intravaskuler menyebabkan thrombosis pada sinusoid hypofisis.
Gejala timbul agalaksia, amenore dan insufisiensi hormone pars anterior
hypofisis
J.
Jenis-jenis
infeksi masa nifas
1.
Septikemia dan
Piemia
Septikemia adalah
keadaan dimana kuman-kuman dan atau toksiknya langsung masuk ke dalam peredaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Piemia dimulai dengan tromboflebitis
vena daerah perlukaan yang lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh
peredaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh
yang dihinggapinya (paru-paru, ginjal, jantung, otak, dsb)
a.
Gambaran klinik dan diagnosis baik septikemia dan
piemiaadalah penyakit berat. Gejala Septikemia lebih akut dari piemia, ibu
kelihatan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-40° C, keadaan umum jelek,
menggigil, nadi cepat 140-160 x/m atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan
umum memburuk, sesak nafas, kesadaran menurun dan gelisah.
b.
Pada piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah
tromboflebitis tidak lama postpartum dan setelah ada penyebaran thrombus
terjadi gejala umum seperti di atas.
c.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositas, pada
kultur darah dijumpai kuman-kuman yang pathogen.
d.
Prognosis :
Septikemia dan piemia adalah infeksi
berat dan angka kematian tinggi, apabila tidak diikuti peritonitis umum.
Kadang-kadang walaupun dengan pemberian antibiotic dan upaya yang cukup
kematian ibu tidak dihindarkan.
2.
Parametriris
Parametritis adalah infeksi jaringan
ikat pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa jalan :
a. Dari
servisitis atau endometritis yang tersebar melalui pembuluh limfe
b. Langsung
meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke perimetrium
c. Atau
sekunder dari tromboflebitis
3.
Salfingitis
Salfingitis adalah
peradangan adneksa. Terdiri dari salfingitis akut dan kronik. Diagnosis dan
gejala klinis hamper sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat
terjadi piosalfing.
K. Pencegahan Infeksi Nifas
1. Masa
kehamilan
Mengurangi atau
mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan
serta mengobati penyakit-penyakit yang
diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangka dilakukan kalau tidak ada
indikasi yang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari
atau dukurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya
ketuban, kalu ini terjadi infeksi akan mudah masuk jalan lahir
2. Masa
persalinan
a. Hindari
pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah
b. Hindari
partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
c. Jagalah
sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan
jalan lahir karenaa tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan,
dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas
e. Perdarahan
yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti
dengan transfuse darah
3. Kelainan
pada payudara
Bendungan ASI
Bendungan ASI
disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada putting susu. Keluhan mammae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat. Penanganan sebaiknya sdimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan, bila terjadi juga berikan
terafi simptomatis atau sakitnya (analgetik) sebelum menyusukan lakukan
pengurutan dahulu sehingga sumbatan hilang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam
setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
Komplikasi dan
penyulit masa nifas yaitu
2.
Perdarahan pervaginam
3.
Infeksi masa nifas
4.
Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
5.
Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
6.
Demam, muntah rasa sakit saat berkemih
7.
Payudara yang berubah jadi merah, panas dan terasa
sakit
8.
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9.
Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki
10. Merasa
sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
B. Saran
1.
Institusi
Memperbanyak lagi buku referensi sebagai bahan
kepustakaan bagi mahasiswa khususnya kebidanan.
2.
Mahasiswa
Meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam penanganan kasus kompliksi ibu nifas serta dapat mendeteksi
lebih dini pada komplikasi masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y., 2010, Asuhan
Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, EGC,
Jakarta
Saifuddin, A.B.,2008, Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawihardjo, PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta
Pebri, 2008, Perawatan
Masa Nifas, http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/perawatan-masa-nifas.html
Mardiyah, mutiara, 2011, perawatan masa nifas, http://www.rsazra.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109&Itemid=2,
bogor
Lusa, 2009, Konsep Dasar Masa Nifas, http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-masa-nifas/
0 komentar:
Posting Komentar