BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kehamilan dengan Abortus Inkomplit
1.
Kehamilan
a.
Pengertian
Kehamilan
Pengertian
kehamilan menurut Cibermed (2006) adalah
suatu kejadian dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses
pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Indiarti (2008)
berpendapat bahwa kehamilan merupakan periode dimana janin selama sembilan
bulan berada di rahim ibu sampai menjadi bayi yang sempurna. Bermula dari
pertemuan sel sperma dan sel telur. Periode kehamilan dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) sampai menjelang persalinan bayi.
b.
Pembagian
Kehamilan
Menurut Varney (2006) Periode kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,
trimester pertama secara umum berlangsung pada minggu pertama sampai minggu ke
12 (12 minggu), trimester ke dua pada minggu ke 13 sampai minggu ke 27 (15
minggu), trimester ke tiga pada minggu ke 28 hingga ke 40 (13 minggu). Sedang Hot
Topic (2006) membagi kehamilan menjadi
periode tiga bulanan yaitu:
1)
trimester
pertama (1-12 minggu)
2)
trimester
kedua (13-24 minggu)
3)
trimester ketiga (25 minggu ke atas)
c.
Diagnosis
Kehamilan
Menurut Salmah (2006) untuk memastikan kehamilan perlu
pemeriksaan khusus. Perkiraan kehamilan bisa dilihat melalui tanda subjektif
dan tanda objektif. Diagnosa kehamilan bisa ditegakkan dengan melihat
tanda-tanda baik tanda pasti maupun tanda mungkin. Indiarti (2008) mengemukakan tanda-tanda
kehamilan antara lain:
1)
Haid
berhenti ini adalah tanda kehamilan pertama, pada saat ini terjadi pembuahan di
dalam rahim ibu dan dapat dipastikan telah terjadi kehamilan, sehingga wanita
tidak mengalami haid.
2)
Rasa
mual dan muntah
Rasa mual ini muncul
karena adanya peningkatan hormonal.
3)
Rasa
lelah dan lesu
Saat hamil tubuh mengalami
perubahan metabolisme, seluruh tubuh melakukan penyesuaian terhadap proses baru
bertumbuhnya janin, baik secara fisik maupun emosional.
4)
Lebih
sering kencing
Karena
adanya pertumbuhan rahim yang menekan kandung kencing dan karena perubahan
hormonal
5)
Panca indra dan emosi lebih peka
Sebagai
pertanda kehamilan wanita merasakan dirinya sangat sensitif terhadap aroma dan
makanan tertentu.
6)
gangguan
sembelit
Disebabkan karena hormon
progesteron yang diproduksi pada masa kehamilan menyebabkan usus lebih lentur
dan dan menjadi kurang efisien.
7)
Naiknya
suhu tubuh
Saat terjadi pembuahan,
ovum dibuahi di tuba falopi, dan membutuhkan sekitar seminggu untuk ke rahim di
mana ovum terbuahi akan menempel di sana.
Jika diukur saat ini dipastikan suhu basal tubuh akan meningkat.
8)
Tes
kehamilan
Pemeriksaan untuk
memastikan kehamilan antara lain dengan tes urine untuk melihat kadar HCG dalam
urine, dengan tes darah untuk mendeteksi kadar HCG yang mulai meningkat satu minggu
paska pembuahan, tes USG dilakukan bila tes urine dan tes darah tidak
memberikan hasil yang pasti tetapi biasanya dokter menganjurkan USG untuk
kepentingan kesehatan atau medis saja.
d.
Fisiologi
pertumbuhan janin
Proses
kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari
ovulasi, migrasi ovum dan spermatozoa, konsepsi dan pertumbuhan zygote, nidasi,
pembentukan plasenta, tumbuh kembang konsepsi sampai aterm. Indiarti (2008)
menjelaskan bahwa proses tumbuh dan berkembang hasil konsepsi bisa dilihat dari bulan ke bulan yaitu:
Tumbuh kembang trimester pertama:
1)
Bulan
pertama.
Pada minggu pertama
terjadi konsepsi yang kemudian membentuk zigot , pada tahap selanjutnya zigot
membelah diri sepanjang saluran telur menuju rahim dan akhirnya menanamkan diri
pada dinding rahim, sel akan terus berkembang membentuk lapisan-lapisan yang
merupakan cikal bakal pembentukan berbagai organ janin. Bakal janin selanjutnya
menempel pada dinding rahim, bagian yang
tidak melekat pada dinding rahim akan membesar, pada saat ini akan mulai
terbentuk cikal bakal tulang belakang, tulang ekor, tulang iga, dan sistem
syaraf pusat juga terbentuk cikal bakal jantung dan jaringan pembuluh darah,
seminggu kemudian sel-sel darah akan
mulai mengisi pembuluh-pembuluh jantung ini. Ketika embrio berumur 4 minggu dua
lubang terbentuk pada wajahnya, masing-masing terletak pada tiap sisi kepala
embrio. Mata akan terbentuk di kedua lubang ini pada minggu keenam, mendekati
akhir bulan pertama ini jantung mulai memompa darah ke seluruh bagian tubuh
janin.
2)
Bulan
kedua
Pada minggu kelima,
tangan dan kaki embrio mulai terlihat. Ukuran embrio saat ini seperti sebuah
biji apel, vesikel otak primer mulai terbentuk, sistem syaraf mulai berkembang.
Pada minggu keenam embrio terlihat seperti berudu, kepala, ekor tangan dan
anggota badan masih seperti tunas, pada minggu ini pembentukan awal dari hati,
pankreas, paru-paru, kelenjar tyroid dan jantung berlangsung. Pada minggu ketujuh
organ jantung terbentuk lebih sempurna, syaraf dan otot bekerja bersamaan untuk
pertama kalinya bayi mempunyai reflek dan bergerak spontan, akhir minggu ini
otak akan terbentuk lengkap, ukuran janin saat ini kurang lebih 20 mm dan
beratnya sekitar 13 sampai 15 gram. Pada minggu kedelapan embrio berukuran
25-30 mm, organ reproduksinya mulai terbentuk, begitu juga dengan kartilago dan
tulang, diusia ini bagian yang menghubungkan embrio dengan plasenta tumbuh
menjadi tali pusat.
3)
Bulan
ketiga
Pada awal bulan ketiga
pergerakan pertama fetus dapat dideteksi dengan USG, pada minggu kesepuluh
tulang sudah menggantikan kartilago, diagfragma memisahkan jantung dan
paru-paru dari perut. berat janin sekitar 13 gram dengan panjang sekitar 3,5
cm. Semua organ vital sudah terbentuk, di akhir trimester pertama, organ-organ
tubuh sudah terbentuk. Saat ini janin rawan terhadap kemungkinan keguguran.
Tumbuh kembang trimester kedua:
4)
Bulan
keempat
Pada bulan keempat ini janin semakin membesar dan aktif bergerak sehingga
dapat dirasakan ibunya, pada akhir bulan keempat diperkirakan panjang janin 10
cm dan beratnya sekitar 20 gram. Wajahnya sudah mulai terbentuk, pada wajah ini
akan terbentuk hidung, pipi, bibir bawah, dagu serta jaringan otot yang
membentuk wajah janin, jaringan pada bola matanya telah lengkap tumbuh kembang
janin pada bulan keempat didukung oleh plasenta.
5)
Bulan
kelima
Pada bulan ini seluruh
jaringan syaraf di dalam otak telah selesai terbentuk, otak dan medulla
spinalis terus mengalami pematangan selama kehamilan. Panjang tubuh janin
mencapai 20-25 cm dengan berat 0,5 kg atau lebih. Pada saat ini janin mulai
ditumbuhi rambut-rambut halus di bagian tubuh tertentu yang bersama-sama
lapisan lemak akan melindungi terhadap gesekan atau goresan saat akan
dilahirkan.
6)
Bulan
keenam
Pada bulan ini indra dan organ pendengaran mulai berkembang walau belum
sepenuhnya berfungsi. Berat tubuh janin bertambah sekitar 150 gram setiap
minggu, di akhir bulan panjang janin mencapai 39 cm dan beratnya 1,1 kg. Mulai
saat ini janin tak bisa bergerak dengan leluasa karena seluruh ruangan dalam
rahim sudah terisi.
Tumbuh kembang trimester ketiga:
7)
Bulan
ketujuh
Pada awal bulan ini tubuh
janin mulai membentuk lemak coklat, pada pertengahan bulan ini dibentuk lemak
putih bersamaan dengan pembuluh darah kapiler di bawah jaringan kulit mulai
dialiri darah. Panjangnya kini mencapai 43 cm dan berat 2 kg. Pada saat ini
otak mengalami perkembangan pesat, sel-sel syaraf baru yang berjumlah jutaan
akan mengisi seluruh bagian otak janin.
8)
Bulan
kedelapan
Pada bulan ini kelima indera janin sudah mulai berfungsi. Perkembangan otak
janin masih berkembang pesat, sehingga fungsi otak janin semakin baik dalam
menghantarkan rangsangan-rangsangan syaraf. Berat janin bisa mencapai 2,5 kg dengan
panjang janin 45-50 cm, volume cairan ketuban akan mencapai kapasitas optimal.
9)
Bulan
kesembilan
Pada bulan terakhir ini
proses yang terjadi pada janin lebih bersifat penyempurnaan. Beberapa
organ seperti organ pernafasan dan pencernaan belum berfungsi sebagaimana
mestinya. Berat janin bisa mencapai 2,5 – 3,5 kg. Pada bulan terakhir ini tubuh
ibu memberikan zat antibodi yang berfungsi sebagai perisai bagi janin untuk menangkal
berbagai penyakit. Pada saat janin berusia 39 minggu sudah dapat menjalankan
fungsi tubuhnya sendiri.
e.
Tanda
Bahaya Kehamilan
Menurut Cibermed
(2006) kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada
trimester pertama kehamilan yang merupakan merupakan masa-masa pembentukan
organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. Menurut
Manuaba (2008) gawat darurat pada hamil muda antara lain terjadi hyperemesis
gravidarum, abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa.
Menurut
Salmah (2006) yang perlu diketahui pasien dan keluarga untuk mengenal tanda
bahaya kehamilan pada trimester 1 dan 2 yaitu perdarahan yang keluar dari jalan
lahir, hiperemesis, preeklamsi dan eklamsia, ketuban pecah dini, dan gerakan
janin yang tidak dirasakan. Adapun salah satu
tanda bahaya yang penulis uraikan
di sini adalah perdarahan yang keluar
dari jalan lahir, yang bisa terjadi pada
trimester 1 dan 2 kehamilan dapat dibedakan
menjadi: abortus yaitu pengakhiran
kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup
di luar kandungan. Ada
beberapa bentuk abortus yaitu abortus imminens, abortus insipien, abortus
inkomplit, abortus komplit, abortus infeksius, missed abortion; plasenta previa yaitu keadaan ketika
plasenta terletak di tempat yang tidak normal yaitu di segmen bawah uterus
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Plasenta previa
terdiri dari plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis, plasenta
previa marginalis, plasenta letak rendah; dan solusio plasenta yaitu peristiwa terlepasnya plasenta dari tempatnya
yang normal sebelum anak lahir. Dari uraian tersebut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai tanda
bahaya perdarahan hamil muda yaitu
tentang abortus khususnya abortus inkomplit.
2.
Abortus Inkomplit
a.
Pengertian
Abortus menurut Mochtar (1998) adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus juga dikemukakan
oleh Farrer (2002) adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum
janin viable/usia kehamilan 20 minggu. Jadi dapat disimpulkan abortus adalah keluarnya
janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu
dan beratnya kurang dari 500 gram.
Abortus inkomplit menurut Mochtar (1998) adalah hanya
sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta. Sedangkan Rachman (2000) mengemukakan abortus inkomplit adalah
perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya
sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal di dalam uterus) dan dapat
menimbulkan perdarahan yang kadang-kadang menyebabkan syok. Definisi menurut
Mansjoer (2001) abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin telah
dikeluarkan dari uterus. Abortus inkomplit salah satu kejadian yang paling
sering terjadi dalam kebidanan dan kandungan karena adanya keluhan perdarahan
pervaginam sehingga abortus inkomplit didefinisikan sebagai pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus Jelsoft (2008).
b.
Jenis
Abortus Dalam Kehamilan
Menurut Saifuddin (2006) Keguguran atau abortus dapat
dibagi menjadi:
Berdasarkan kejadiannya:
1)
Keguguran
spontan apabila tejadi tanpa ada unsur
tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
2)
Keguguran buatan terjadi bila sengaja
dilakukan sehingga kehamilan dapat diakhiri.
Upaya menghilangkan hasil konsepsi dapat dilakukan berdasarkan: indikasi
medis yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu, untuk dapat diakhiri
misalnya pada penyakit jantung, ginjal atau hati berat; gangguan jiwa ibu;
dijumpai kelainan bawaan berat dengan pemeriksaan USG; gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dalam rahim atau berdasarkan
indikasi sosial yaitu pengguguran
kandungan dilakukan atas dasar aspek sosial misalnya menginginkan jenis kelamin
tertentu; tidak ingin punya anak; jarak kehamilan terlalu dekat; belum siap
untuk hamil; kehamilan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan pelaksanaannya:
1)
Keguguran buatan terapeutik apabila dilakukan
tenaga medis secara legal berdasar indikasi medis.
2)
Keguguran buatan ilegal apabila dilakukan
tanpa dasar hukum atau melawan hukum.
Berdasarkan gambaran klinis dibagi menjadi:
1)
Abortus komplit (keguguran lengkap) bila
seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus.
2)
Abortus inkomplit (keguguran tak lengkap) bila
sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus.
3)
Abortus imminens (keguguran mengancam)
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa ada
tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
4)
Abortus
insipien (keguguran tak terhalangi) perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang
dari 20 minggu dengan disertai tanda-tanda dilatasi serviks.
5)
Abortus habitualis adalah abortus spontan
sebanyak tiga kali atau lebih secara berturut-turut.
6)
Abortus dengan infeksi apabila abortus
inkomplit disertai infeksi
7)
Missed
abortion adalah kematian janin sebelum
20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
c.
Etiologi
Umumnya
keguguran disebabkan karena kerusakan kromosom saat pembelahan sel janin
pendapat ini dikemukakan oleh Indiarti (2008).
Menurut
Saifuddin (2006) penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui pasti tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
1)
Faktor
pertumbuhan hasil konsepsi, adanya kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena:
faktor kromosom, faktor lingkungan endometrium, pengaruh luar.
2)
Kelainan pada plasenta, adanya infeksi pada
plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi, adanya
gangguan pada pembuluh darah pada plasenta, diantaranya pada diabetes mellitus,
dan akibat hipertensi menyebabkan gangguan pembuluh darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3)
Penyakit ibu secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta misalnya penyakit infeksi
(pneumonia, thypus abdominalis, malaria dan sifilis), anemia ibu melaui
gangguan nutrisis dan peredaran oksigen menuju sirkulasi retroplasenter,
penyakit menahun (hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati dan diabetes
mellitus).
4)
Kelainan
yang terdapat dalam rahim
Sedangkan menurut Atom (2008) Faktor risiko atau predisposisi yang diduga berhubungan
dengan terjadinya abortus:
1)
Usia
ibu yang lanjut.
2)
Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik.
3)
Riwayat
infertilitas.
4)
Adanya
kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit
imunologi sistemik, dsb).
5)
Berbagai
macam infeksi (variola, toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simpleks, dsb).
6)
Paparan dengan berbagi macam zat kimia
(rokok, obat-obatan, alkohol, radiasi, dsb).
7)
Trauma abdomen/pelvik pada trimester pertama.
8)
Kelainan kromosom, dari aspek biologi molekular
kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan
terjadinya abortus.
d.
Tanda
dan Gejala
Menurut Mansjoer (2001) secara umum gejala klinis abortus
adalah:
1)
Terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20
minggu.
2)
Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak
lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3)
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai
keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4)
Rasa mulas atau kram di daerah simfisis,
sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
5)
Pemeriksaan
ginekologi terdiri atas inspeksi vulva: adanya perdarahan pervagina, ada/tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva; inspekulo:
mengetahui perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium; periksa dalam: untuk mengetahui porsio masih terbuka
atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uteri
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri. Menurut
Mochtar (1998) pada abortus inkomplit gejala yang didapat antara lain:
1)
Amenorhoe, sakit perut, dan mules-mules.
2)
Perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan
biasanya berupa stolsel (darah beku).
3)
Sudah ada keluar fetus atau jaringan.
4)
Pada abortus yang sudah lama terjadi atau
pada abortus provakatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli sering
terjadi infeksi.
5)
Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang
baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran
lebih kecil dari seharusnya.
e.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan
pada desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 minggu sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
di keluarkan lebih dulu dari plasenta, hasil keluar dalam berbagai bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya
(blighted ovum), janin lahir mati/janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi, atau fetus papiraseus (Mansjoer, 2001).
f.
Komplikasi Abortus Menurut
Mochtar (1998) komplikasi yang sering
terjadi pada pasien abortus adalah: perdarahan (hemorrhage), perforasi, infeksi
dan tetanus, payah ginjal akut, syok yang disebabkan oleh: perdarahan yang
banyak (syok hemorrhage) dan Infeksi berat atau sepsis (syok septik atau
endoseptik).
g.
Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2006) penanganan abortus inkomplit adalah:
1) Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, dapat di pasang
infus dan tranfusi darah untuk memulihkan keadaan umum.
2) Diikuti
kerokan: langsung pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu dan dengan induksi
pada umur kehamilan di atas 14 minggu.
3) Pengobatan:
berikan uterotonika dan antibiotika untuk menghindari infeksi.
Menurut Mansjoer (2001) penatalaksanaan abortus
inkomplit:
1)
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan
cairan infus NaCL fisiologis atau Ringer Laktat dan selekas mungkin ditranfusi
darah.
2)
Setelah syok diatasi lakukan kerokan dengan
kuret tajam lalu suntikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler.
3)
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih
tertinggal, lakukan pengeluaran secara manual.
4)
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
h.
Prinsip
Penanganan
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu:
1)
Jangan
langsung dilakukan kuretase.
2)
Tentukan dulu janin mati atau hidup, jika
memungkinkan periksa dengan USG.
3)
Jangan
terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin sudah
mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan
sampai 2 bulan setelah kematian janin.
4)
Perlunya
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh virus TORCH
(toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simpleks).
i.
Penatalaksanaan
Paska Abortus
Pemeriksaan lanjut untuk
mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-HCG 1-2
bulan kemudian, pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian
(jika perlu anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
3.
Konsep Kehilangan Selama Masa Kehamilan
a.
Konsep
Kehilangan
Kehilangan adalah situasi di
mana individu kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimilikinya (Lambert dalam
Keliat, 1996). Kubler-Roos dalam Keliat (1996) memebagi proses kehilangan dalam
lima fase yaitu: mengingkari (denial)
dimana individu menolak atau tidak menerima situasi kehilangan yang terjadi;
marah (anger) meningkatnya kesadaran
individu pada kenyataan; tawar menawar (bargaining)
dimana individu ingin menunda kehilangan; depresi yaitu individu berada dalam
fase berkabung karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata; menerima (acceptance) disini individu menerima
kenyataan, rasa tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat
lebih optimal.
b.
Efek
Kehilangan Kehamilan Dini:
1)
Efek fisik akibat kehilangan kehamilan dini
Bagi wanita yang mengalami
keguguran dini, keluarnya sejumlah besar darah dan bekuan darah serta nyeri
membuat mereka tertekan, ia juga kemungkinan harus menghadapi perawatan di
Rumah Sakit. Konsekuensi fisik akibat kehilangan kehamilan dini dapat
sangat besar dan dampaknya pada wanita tidak dapat disepelekan.
2)
Efek
emosional akibat kehilangan kehamilan dini
Kehilangan kehamilan dini dapat menjadi pengalaman emosi yang sangat
meyakitkan bagi orang tua. Orang tua sering kali mengungkapkan perasaan syok,
mati rasa, rasa bersalah, dan tidak tahu bagaimana harus bersikap. Hal ini
bercampur dengan persepsi bahwa kehilangan kehamilan dini merupakan kehilangan
yang tidak dapat diraba dan tidak dapat diketahui oleh masyarakat.
c.
Konsekuensi Psikologis akibat kehilangan
kehamilan dini
Sejumlah besar keguguran wanita sekurang-kurangnya merupakan pengalaman
yang tidak menyenangkan dan mengecewakan. Pengalaman ini nampaknya unik bagi
setiap individu tetapi intensitasnya pengalaman itu tampaknya tidak berhubungan
dengan usia gestasi bayi (Stewart et al, 1992)
d.
Peran bidan dalam menghadapi situasi pasien
dengan kehilangan.
Setelah kehilangan kehamilan,
bidan sering kali menjadi pihak utama yang berhadapan dengan keluarga pada awal
proses berduka. Bidan perlu mengenali keyakinan dan nilai-nilai yang
dimilikinya serta mengenali kebutuhan individual keluarga yang ia rawat. Proses
berduka bersifat unik bagi individu dan bidan, dengan pengetahuan tentang teori
berduka dan penerapan keterampilan konseling yang tepat, bidan harus mampu memfasilitasi
proses berduka.
B.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada pasien.
1.
Langkah I: Pengkajian Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Pada langkah ini meliputi data subjektif, objektif dan
hasil pemeriksaan sehingga menggambarkan kondisi/masukan pasien yang sebenarnya
dan valid. Menurut Arianto (2008) pengkajian merupakan awal mendapatkan data
dengan cara mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan
ibu melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan data
tersebut diklasifikasikan sebagai data subjektif, objektif dan penunjang:
Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari hasil anamnese allo dan auto yang terdiri atas :
a.
Identitas yang berisikan biodata tentang pasien
dan suami, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b.
Keluhan utama adalah apa yang dirasakan
sekarang yaitu perut terasa nyeri, keluar darah serta jaringan dari jalan lahir
dan badan terasa lemah.
c.
Riwayat
kebidanan terdiri dari:
1)
Haid
Umur haid pertama,
siklus haid, lama haid, banyaknya haid, haid teratur atau tidak, bagaimana
warnanya, konsistensinya, baunya, apakah pernah nyeri haid. Apakah pernah ada
keputihan sebelum, selama atau sesudah haid, banyak atau tidak, bagaimana
konsistensinya, warnanya, berbau atau tidak, apakah gatal atau tidak.
2)
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu.
a)
Riwayat
perkawinan yang ditanyakan status perkawinan, kawin yang pertama umur berapa,
dengan suami umur berapa, lama perkawinan, apakah punya anak dari perkawinan
ini , dan pernahkah keguguran. Kalau pasien pernah kawin yang kedua
ditanyakan hal yang sama seperti perkawinan pertama.
b)
Riwayat kehamilan yang lalu ditanyakan pasien
hamil keberapa, pernah melahirkan berapa kali, apakah pasien pernah mengalami keguguran,
berapa kali, apakah pernah mengalami keguguran berturut-turut selama 3 kali
atau lebih, riwayat imunisasi yang lalu apakah lengkap atau tidak pernah.
c)
Riwayat
persalinan yang lalu ditanyakan usia waktu pertama melahirkan, umur kehamilan
waktu dilahirkan, penolong dan penyulit melahirkan.
d)
Riwayat
nifas dan laktasi yang lalu apakah pasien ada penyulit waktu nifas, atau pernah
sakit pada masa nifas
e)
Riwayat
KB, apakah pasien pernah ikut KB, berapa lama, jenis kontrasepsi, alasan
melepas dan keluhan.
3)
Riwayat
kehamilan sekarang
Yang ditanyakan hari pertama
haid terakhir (HPHT) untuk menentukan usia kehamilan, keluhan selama hamil
trimester 1 dan 2 yaitu adanya perdarahan pervaginam banyak dan terdapat
jaringan, usia kehamilan berapa minggu, adakah nyeri perut bagian bawah, apakah
badan terasa lemah, apakah ada terjadi trauma pada akibat kecelakaan khususnya
bagian perut.
d.
Riwayat
kesehatan yang lalu, yang perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita
penyakit keturunan, penyakit menular dan penyakit keturunan dan apakah pasien
pernah dioperasi.
e.
Riwayat
kesehatan keluarga, yang perlu ditanyakan apakah dari keluarga pernah menderita
penyakit keturunan, penyakit menular dan penyakit keturunan lainnya.
f.
Pola
kebiasaan sehari-hari, yang ditanyakan pola nutrisinya (makan dan minum), pola
istirahat, pola eliminasi, pola aktifitas (wanita hamil tidak boleh terlalu bekerja
berat karena merupakan faktor resiko terjadi abortus) pola personal hygiene,
pola seksual (bila ada riwayat abortus maka sebaiknya koitus pada ibu hamil di
lakukan hati-hati sampai kehamilan 16 minggu), apakah ibu sehari-hari suka
merawat binatang seperti kucing, burung, anjing, dll.
g.
Data
psikososial, yang perlu ditanyakan apakah kehamilan pasien tersebut direncanakan,
apakah kehamilannya diharapkan, bagaimana hubungan pasien dengan suami,
keluarga dan tetangga sekitar, bagaimana perasaan pasien pada saat mengalami
kejadian ini apakah pasien berada dalam tahapan-tahapan perasaan (stage of dying): tahap
menyangkal/penolakan; tahap marah; tahap penawaran; tahap depresi; tahap
pasrah; tahap melepaskan diri/tidak menunjukan kesedihan dan sadar dengan
kenyataan.
h.
Data
sosial budaya, bagaimana keadaan lingkungan, apakah ada pantang makanan,
minuman atau jamu-jamuan, apakah ada kebiasaan pijat ke dukun, kebiasaan
merokok, minum-minuman keras, obat-obatan.
Data
objektif adalah data
yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi, data tersebut antara lain:
a.
Keadaan umum, adalah bagaimana tingkat
kesadaran, postur tubuh, cara berjalan, tinggi badan, berat badan, dan lingkar
lengan.
b.
Tanda-tanda vital:Tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu.
c.
Pemeriksaan
fisik
Kepala/rambut : bentuk
kepala, warna rambut, distribusi, Kebersihan, kekuatan, keadaan kulit kepala,
berketombe.
Muka
: oedema/tidak , pucat/tidak,
ada/tidak khloasma gravidarum, ekspresi
wajah apakah takut/diam.
Mata
: konjungtiva pucat/tidak, sklera apakah ada ikterik, kemampuan penglihatan
baik/tidak, simetris/tidak.
Mulut
& Gigi : Gusi merah muda, mukosa bibir kering/tidak pucat/tidak, apakah ada stomatitis
atau karies,apakah pasien memakai gigi palsu/tidak
Telinga
: Kemampuan pendengaran, pengeluaran
telinga apakah ada sekret, berbau /tidak
Hidung
: Kemampuan penciuman, adakah mengeluaran
sekret, berbau atau tidak.
Leher
: Apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid, apakahada pembesaran vena jugularis, apakah ada pembengkakan kelenjar
limfe.
Dada : Kesimetrisan, pergerakan normal/tidak.
Mamae : simetris/tidak,
bentuk payudara, keadaan puting susu, apakah ada benjolan/tidak Hiperpigmentasi.
Axila
: Apakah ada pembesaran kelenjar
limfe.
Abdomen : Apakah
pembesaran perut sesuai usia kehamilan warna kulit perut, bekas luka operasi,
Linea apakah ada/tidak, striae warnanya.
Palpasi leopold
I: teraba atau tidak apakah sesua dengan usia kehamilan.
Genitalia
: Vagina oedema/ varises, pembesaran
kelenjar ada/tidak pengeluaran cairan ada/tidak, ada keluar darah, berapa
banyak, sejak kapan, bekas episiotomi apakah ada, apakah tampak kemerahan, nyeri
ada/tidak, tanda chadwik
Anus
: Hemoroid/tidak.
Tangan : Oedema/tidak,
pergerakkan aktif/tidak, ada sindaktili/polidaktili, kuku tampak pucat.
Kaki
: Oedema/tidak, pergerakan
aktif/tidak, apakah ada varises.
Reflek Patella : positif(+) atau tidak(-).
Periksa Dalam : porsio terbuka , jari longgar, licin, lunak, adakah
nyeri goyang pada kavum Douglas, sarung tangan tampak darah.
Penunjang : Pemeriksaan penunjang darah lengkap.
Pemeriksaan TORCH (toxoplasma,
rubella, cytomegalovirus, herpes simpleks)
2.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi
terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
Diagnosa:
Ny… G…P…A… dengan abortus inkomplit
Data subjektif:
a.
Ibu
mengatakan hamil ke …
b.
Ibu mengatakan mengeluarkan darah yang banyak dari
kemaluannya sejak …. disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah.
Data
objektif:
a.
K/U baik sampai dengan lemah, kesadaran ….
b.
Tanda-tanda
vital (TTV)
c.
Pemeriksan
inspeksi
d.
Pemeriksaan
palpasi: palpasi teraba ….., terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
e.
Pemeriksaan
dalam : Porsio terbuka, jari longgar, licin, lunak, nyeri goyang pada kavum Douglas.
f.
Pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh virus TORCH (toxoplasma, rubella,
cytomegalovirus, herpes simpleks).
3.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa
atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah apabila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi, pada abortus inkomplit potensial terjadi
perdarahan, perforasi, infeksi dan tetanus, syok.
4.
Langkah IV:
Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
pasien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Pada kasus ini perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk mencegah masalah
potensial seperti perdarahan, perforasi, infeksi dan tetanus, syok.
5.
Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan yang
Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Adapun
ntervensi yang diberikan adalah:
a.
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa
kehamilannya tidak bisa dipertahankan
b.
Beri
support mental pada ibu
c.
Lakukan informent konsent untuk tindakan yang
akan dilakukan
d.
Observasi
Tanda-tanda vital dan perdarahan
e.
Lakukan persiapan untuk tindakan kuretase:
pasien dipuasakan selama ± 6 jam, siapkan peralatan
f.
Lakukan
kalaborasi untuk tindakan kuretase
6.
Langkah VI:
Melaksanakan Asuhan dengan Efesien dan Aman
Pada langkah
ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5
dilaksanakan secara efisien dan aman
Tanggal
….Jam….Melaksanakan asuhan sesuai rencana:
a.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa
kehamilannya tidak bisa dipertahankan
b.
Memberi support mental pada ibu bahwa
tindakan yang dilakukan hanya sebentar dan berdoa agar prosesnya lancar.
c.
Melakukan informent konsent untuk tindakan
yang akan dilakukan.
Informent
konsent telah ditanda tangani jam ….
d.
Mengobservasi
Tanda-tanda vital dan perdarahan
e.
Melakukan persiapan untuk tindakan kuretase:
Persiapan ibu
1)
Mengganti pakaian ibu yang basah oleh darah
2) Ibu dipuasakan
3)
Infus RL sudah terpasang, dengan drip oksitosin 1 ampul
4) Ibu telah dibersihkan
Persiapan alat
dan ruangan:
1)
Obat-obatan seperti: injeksi oksitosin dan methergin
2)
Larutan
antiseptik (bethadine atau povidon iodine)
3)
Oksigen
jika diperlukan
4)
Instrumen yaitu Cunam tampon, tenakulum,
fenster klem, sendok kuret 1 set, sonde, spekulum sim atau L, kateter, jarum
suntik, bengkok, kasa steril, sarung tangan steril, mangkok logam, lampu sorot
dan penampung darah/ jaringan
Persiapan penolong (operator
dan asisten)
1)
Apron/celemek,
masker, kacamata pelindung
2)
Menggunakan
sarung tangan steril
3)
Menggunakan alas kaki (sepatu boot karet)
f.
Melakukan
kalaborasi untuk tindakan kuretase
Jam …. kuretase dilakukan dengan hasil….
7.
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah
ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Tgl.… yang
dikaji dengan metode pendokumentasian SOAP yaitu :
Tanggal ……
S
O
A
P
|
:
:
:
:
|
Data Subjektif menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data pasien melalui anamnese pada pasien atau keluarga pasien merupakan langkah 1 varney.
Data Objektif menggambarkan
hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1
varney.
Assesment. Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi: (a)diagnosa/masalah, (b)antisipasi diagnosa atau
masalah potensial, (c)perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai
langkah 2, 3, dan 4 Varney.
Plan. Menggambarkan pendokumentasian
dari tindakan (I) dan evaluasi (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6
dan 7 Varney.
|
`
0 komentar:
Posting Komentar